Sabtu, 07 Januari 2012

Lost Love

Have you ever really really  in love, then you lost it? you lost your love before you get it... You lost your chance to love it more!

Saya pernah....

Kamu tahu, saat kamu mencintai dengan penuh, maka setiap kali kamu memikirkannya, melihatnya, dan bersamanya maka kamu akan merasa ada suatu yg hebat bergetar dalam hati mu. So do I....
Mungkin kisah ini tidak terlalu penting dan berarti untukmu, namun bagi saya, ini adalah salah satu kisah yg sangat menyedihkan untuk saya.

Sedikit lupa ini terjadi di akhir 2006 atau awal 2007...
Setelah di bulan Agustus 2006 saya dan tim Basket pelajar putri Prov. Bangka Belitung membawa pulang medali perunggu dari POPWIL I Sumatera 2006 di Padang, saya menjalani rutinitas biasa sebagai pelajar SMA kelas XI. Hingga suatu saat di liburan semester, saya dan keluarga pergi berlibur ke tempat nenek di Tanjung Raja, SumSel.

Di suatu hari, saat sedang makan malam bersama keluarga, ponsel Nokia 3100 saya berdering. Panggilan dari pelatih Basket POPWIL saya, Pak Iskandar, yg sering kami panggil 'Mister'. Sebelum menjawab panggilan tersebut, saya menduga-duga ada apa kah gerangan beliau menghubungi saya. Lalu saya menjawab:
Saya : "Assalamu'alaikum. Iya Pak, ini Alfa. Ada apa?"
Mister : " Wa'alaikumSalam. Kamu lg di mana Fa?"
Saya : " Saya lg di Palembang Pak, ada acara keluarga, kenapa"
Mister : " Wah, lusa ada seleksi pemain untuk PON Fa. Bisa ikutan gak?"
Saya : " Beneran Pak? Kok dadakan? pengen ikut Pak, tp gak tau bsa pulang ke sana gak. Saya tanya ortu dulu ya Pak"
Mister : " Oke, kabarin nanti. Bapak tunggu di lapangan ya, temen SMP mu, Si Laras dan Femi juga ikutan lo. Assalamu'alaikum"
Saya : " makasih Pak. Wa'alaikumsalam "

Lalu saya menceritakan obrolan denga pelatih saya kepada Bapak. Bapak saya tidak pernah melarang saya bermain basket. Namun beliau juga tidak mendukung penuh dalam bermain basket. " Yah, untuk hobi tidak apa-apa lah olahraga maen basket. Sekolah tetap yg utama" ujar beliau suatu waktu. Semacam ada kesepakatan yg tak terucap dan tertulis antara saya dan orang tua, saya selalu diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan yg saya inginkan, selama nilai-nilai di sekolah saya baik-baik saja. Dan hal itu masih berlaku hingga sekarang saya duduk di bangku perkuliahan. Dan dengan segigih-gigihnya saya insyaAllah selalu menepati kesepakatan tersebut, belum pernah mengingkarinya karena sejak SD-SMA saya selalu berusaha untuk selalu berada di garda depan, peringkat 3 besar kelas. Dan saat kuliah pun saya selalu menjaga IPK untuk selalu di atas batas nilai yg baik. Dan saat itu (SMP-SMA), saya tidak pernah memiliki kegiatan apapun di luar sekolah selain Basket! Walaupun tidak melarang, saya tahu selalu ada kekhawatiran dari Bapak kalau-kalau saya akan menelantarkan sekolah saking cintanya sama basket. Terlebih saat saya sering keluar dan pulang malam untuk mengikuti pertandingan antar club yg memang sering dilaksanakan malam hari hingga larut.

Berlanjut ke kisah awal, Bapak tidak menanggapi dengan sepenuh hati. "Yah mau gimana, kamu gak bisa pulang, orang lagi di sini ok", ujar beliau. Untuk Ibu, tanggapan beliau selalu "terserah kamu".
"Ini kesempatan bagus dan saya sangat menginginkannya. Kapan lagi bisa ikut seleksi ini?" ujar saya. Namun tanpa dijawab lebih lanjut, saya sudah mengerti jawaban dari raut wajah Bapak yg tidak menyetujui permintaan saya untuk bisa pulang esok harinya. Dan apa mau dibuat, saya masih belum dewasa saat itu untuk nekat pulang sendiri, selain tidak punya ongkos tentunya... Lalu saya masih marah-marah kepada Bapak sambil nangis-nangis, yah saya memang anak cengeng. Namun saat itu saya benar-benar kesal dan sedih....Lalu tanpa menyelesaikan makan malam, saya beranjak ke kamar dengan masih menangis, hehe

Dan apa boleh buat, saya harus mengabarkan pelatih saya. Lewat sms saya kirimkan pesan ," Maaf Pak, sebenarnya saya sangat ingin ikut. Namun benar2 tidak bisa ikut seleksinya. Sampaikan saja salam untuk teman-teman. Terimakasih :) "
Yah, terimakasih karena setidaknya saya pernah punya kesempatan untuk lebih mencintai Basket.

Jika mengingat2 kisah itu sekarang, saya sering tersenyum sendiri dan kadang diliputi rasa sesal dan sedih dalam hati saya, karena sekarang saya tidak mungkin lagi mendapatkan kesempatan itu. Hampir 4 tahun meninggalkan basket. Saya sudah lupa bagaimana rasanya berada di lapangan, bersama 4 kawan dan 5 lawan lainnya, mendengar dukungan dan ocehan dari bangku penonton dan mendengar teriakan instruksi dari pelatih saya. Saya sudah lupa bagaimana senangnya saat dapat memasukkan bola ke ring dan memenangkan pertandingan. Saya sudah lupa ketika saya harus menangisi kekalaha.... Tapi saya tidak pernah lupa bawa saya sangat mencintai olahraga satu ini. Dan saya tidak pernah lagi kesal kepada Bapak yg tdk mengizinkan saya ikut seleksi PON, karena saya tahu beliau selalu ingin yg terbaik untuk saya, meskipun caranya tidak sama seperti yg saya inginkan.... Kini saya berada di dunia yg lebih nyata, dan masih banyak hal yg harus saya capai melalui dunia saya saat ini, Fisika :-)

Pernahkan kamu mencintai seseuatu dengan sangat penuh, lalu tiba2 kamu kehilangannya??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Up

They might not know, I've given up so many things in my life. I gave up my love, and I might give up on my dreams too...I think I've...