Kamis, 05 Januari 2012

Morning Light

source : Gagasmedia.net
Karena setiap cinta menuliskan cerita

'Knowing others is intelligence;
Knowing yourself is true wisdom.
Mastering others is strenght:
Mastering yourself is true power.''

[Lao Tzu] 


Awalnya membeli novel ini karena setelah membaca ringkasan bagian belakangnya, saya teringat seseorang yg begitu dekat dengan saya dan berniat untuk menghadiahkan novel ini kepadanya...

"Aku seperti bunga matahari yg selalu mengejar sinar matahari, hanya melihat pada dia : matahariku.
Aku mengagumi kedalaman pikirannya, caranya memandang hidup-malah, aku mati-matian ingin seperti dirinya.
Aku begitu terpesona hingga tanpa sadar hanya mengejar bayang-bayang. Aku menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendongak sampai lupa kemampuan diriku sendiri. Aku bahkan mengabaikan suara lirih di dasar hatiku. Aku buta dan tuli. Dan di suatu titik akhirnya tersungkur. Saat itulah aku mulai bertanya-tanya : Apakah dengan menjadi seperti dia, aku pun akan dicintai?

Awalnya saya salah menebak kisah yg ada di dalam novel ini. Ternyata novel ini mengisahkan lebih dari sekedar kisah cita dan cinta remaja, namun arti persahabatan dan  penemuan jati diri. Bercerita tentang 4 orang sahabat remaja SMA yang  yg memiliki kesamaan dalam hal 'mengejar matahari', setiap mereka seperti hidup dalam bayang-bayang orang lain.

Devon,  yg mencintai sepakbola namun dalam kecintaannya itu ia dibebani oleh ayahnya, seorang mantan pemain sepakbola hebat PSIS yang juga pernah menjadi punggawa Timnas Merah Putih. Karena ia merupakan anak laki satu-satunya dari 3 bersaudara, ayahnya berkeinginan Devon untuk menjadi seorang pemain sepakbola profesional sehingga ayahnya melatihnya dengan sangat keras. Karena itu di lapangan hijau, Devon tak lagi dapat bermain dengan lepas.

Sophie, sahabat Devon yg bersekolah sama dari TK-SMA dan rumah mereka berhadapan,, adalah anak seorang penulis best seller terkenal. Ia memilih mengikuti jejak Ibunya menjadi penulis, namun kebanyakan tulisannya terkesan 'memaksa', dan ia ingin tulisan-tulisannya itu bisa diterima karena ia merasa ia harus, sebagai seorang anak penulis terkenal. Ia memiliki hobi fotografi, hasil jepretannya sangat bagus. teman-temannya berpendapat bahwa ia lebih pantas menjadi seorang fotografer daripada penulis, namun ia belum menyadari itu semua. 

Agnes, seorang gadis lembut dan sedikit cengeng yang sangat mencintai memasak. Kedua orang tuanya adalah dokter, dan ia pernah mempunyai seorang kakak perempuan yg sangat pintar, telah diterima di fakultas kedokteran UI namun sayangnya sebuah kecelakaan harus merenggut nyawanya. Kejadian ini membuat kedua orangtua nya sedih, begitu juga dengan Agnes. Setelah itu Agnes merasa ia hidup dalam bayang-bayang kakaknya karena ia sangat tahu kedua orangtua nya sangat ingin ada anak mereka yg mengikuti jejak menjadi dokter, dan Agnes sadar, ia tidak memiliki kemampuan itu. Sehingga selama 6 tahun, ia selalu sedih ketika  ada yg menyinggung2 tentang masalah itu. Terlebih lagi 6 tahun belakang, komunikasi dengan mama nya menjadi berkurang.

Julian, seorang anak dari Profesor Matematika dan memiliki seorang kakak laki-laki yg juga jago Matematika dan mendapat beasiswa di MIT. Julian memiliki kemampuan untuk menjadi seperti kakak dan ayahnya, dan ia selalu beranggapan bahwa ia harus menjadi seperti dan bahkan lebih dari kakaknya, Daniel. Namun ia belum sadar bahwa ia memiliki kemampuan lain yg setiap kali melakukannya dadanya akan berdegup kencang saking senangnya. 

Di samping itu kita akan disuguhkan cerita cinta khas remaja antara Devon-Sophie dan Julian-Agnes. Tidak ada yg salah ketika kita mencintai sahabat kita sendiri. Kadang kita tidak menyadari siapa diri kita dan apa yg kita rasakan. Kadang orang lain lebih mengenal diri kita dibandingkan diri kita sendiri. Kadang kemampuan itu letaknya di belakang, dan kita butuh seseorang untuk dapat melihat lalu mengatakannya kepada kita. 

Novel ini dapat membuat kita menyadari bahwa kita harus menjadi diri kita sendiri, menjadi apa yg kita inginkan, bukan menjadi seperti orang hebat lainnya. Orang lain mungkin memiliki kemampuan yg tidak kita miliki. tapi kita juga memiliki kemampuan yg tidak dimiliki orang lain. Dan sebelum kita terlambat menyadari kemampuan kita itu, kadang kita butuh 'penyadaran' dari orang2 terdekat kita.

Judul: Morning Light
Penulis: Windhy Puspitadewi
Penerbit: Gagasmedia
Tebal: 175 halaman 

A true friend knows your weakness but shows you your strenght; feels your fears but fortifies your faith; sees your anxieties but free your spirit; recognize your disabilities but emphasizes your possibilities.''
[William Arthur Wards]

# Untuk My sister, @coopie_san....  Kadang kita harus berhenti untuk selalu menghadap pada sinar seseorang dan mulai menyadari sinar yg kita miliki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Up

They might not know, I've given up so many things in my life. I gave up my love, and I might give up on my dreams too...I think I've...