Jumat, 16 Maret 2012

Aku, Bapak dan psikotes

Jika tidak punya alasan yang tepat untuk 'berdebat' dengan bapak, lebih baik diam saja.
Bukan, bukan karena bapak pintar berkata-kata atau bersilat lidah, tapi 'mengalahkan' keras-kepalanya yang susah.
Ah, mungkin sikap 'keras kepala' ku ini juga turunan dari bapak :)

Seperti beberapa hari yang lalu, dan seperti biasanya aku sering ngobrol2 dengan bapak,
selama 3 hari aku dan bapak 'berdebat' tentang psikotes, dan aku belum menemukan 'bantahan' yang pas untuk 'melawan' argumen beliau bahwa "tes psikotes itu nggak bisa dijadikan pedoman untuk mengetahui kepribadian orang, karena sifat seseorang bisa berubah-ubah".

Okeh, siapapun pasti setuju dengan statement itu, termasuk saya, bahwa sifat orang bisa berubah, entah menjadi lebih baik atau lebih buruk. Dan itu tidak bisa kita nilai hanya dengan satu kali tes tertulis seperti psikotes. Namun nyatanya, entah itu dari hal kecil seperti tes masuk sekolah dan kerja, sekarang ini rata2 pasti ada tes psikotesnya. Berarti ada 'hal penting' yang bisa didapat dari tes ini. 2 hari, bapak masih dengan pendapatnya, dan aku masih dengan pendapatku yang agak berlawanan sedikit dengan bapak, bahwa yang dinilai dari tes psikotes itu bukan tentang sifat dan kepribadian kita secara mendetail, tetapi suatu sifat diri yang mendasar yang sudah mendarah daging dalam diri kita. 

Hari ke-3, saat makan siang. Bapak, aku dan Ibu...
Keluarga kami memang terbiasa makan bersama sambil ngobrol2 ringan. Dan kali ini bapak kembali menyinggung masalah psikotes, karena 2 'kepala' anak-beranak yang 'keras' ini belum juga menemukan jalan fikiran yang sama. Entah kenapa kali ini aku seperti mendapat alasan yang sedikit tepat untuk 'mendebat' bapak. Sementara itu ibu' hanya menjadi pendengar setia bapak-anak yang sama2 'ngeyel' ini sambil tersenyum. Alasan saya kali ini, di hari ke-3 ini adalah masih sama. "Ada sifat2 atau kebiasaan mendasar seseorang yang sulit sekali diubah, seperti misalnya Bapak yang mudah emosian atau keras kepala dari dulu sampai sekarang, meskipun sebenarnya tidak bermaksud seperti itu, iya kan Pak?" ujar saya santai sambil sedikit senyum disambut senyum juga oleh ibu'. Lalu saya lanjutkan lagi dengan kata2, "Dan juga seperti saya yang tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu, emosian juga, dan itu dari dulu sampai sekarang, sulit diubah". Bapak diam dan berfikir sebentar dan berkata, "Iya juga yah?" dilanjutkan dengan senyum yang mungkin dikarenakan 'alasan' yang 'pas' yang ku katakan tadi.

Lalu, tidak lama itu ada sedikit kejadian kecil yang membuat bapak agak 'sebal' dan langsung 'marah'. Yah, kamu akan segera tahu kalo' bapak lagi marah, mukanya langsung merah :p
Dan ketika itu saya nyeletuk sambil tersenyum, "Tuh kan, ini buktinya. Sifat dasar yang mudah dinilai orang lain tapi tidak mendetail :p " Lalu bapak tertawa dan berhenti marah. Sepertinya kali ini kami sudah satu fikiran :)

*Bapak memang sedikit 'keras kepala' dan mudah marah, tapi aku sangat tahu marahnya tidak mungkin tanpa alasan. Sepintas jika dilihat dari luar, bapak memang orang yang 'keras'. Tapi, sedikit yang tahu, mungkin hanya kami anak-anaknya dan ibu' yang tahu bahwa bapak adalah pribadi yang lembut dan penyayang. Bapak punya 'cara'nya sendiri yang berbeda dan tidak terlihat dari luar. Ia tidak ingin 'melemahkan' 3 orang anak perempuannya ini, aku tahu itu :) *

picture from here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Up

They might not know, I've given up so many things in my life. I gave up my love, and I might give up on my dreams too...I think I've...