Kemarin sore, dengan seorang teman, saya mengunjungi lokasi KKN saya di wilayah Ngemplak, Sleman. Perjalanan sekitar 30 menit dari kontrakan saya di wilayah Condong Catur. Kamu tahu? perjalanan kita menuju tempat yang pernah kita singgahi lama, akan selalu membawa suatu rasa tersendiri. Sederhananya, seperti Jalan Pulang. Kamu akan merasakan suatu kebahagiaan yang sangat ketika menyusuri jalan2 itu, seperti bernostalgia bahkan dengan pohon2 yang kau lewati.
Melewati persawahan yg sejuk, mendung sore itu tidak mengurangi semangat ku untuk kembali ke tempat yang pernah aku diami selama kurang lebih 2 bulan bersama 9 orang teman baru dan keluarga baru (baca: kali ini,,27)
Tujuan kami kali ini memang sengaja ingin kembali mengajar TPA di sebuah Musola di dusun Kejambon Kidul. Ada sekitar 20-an santriwan-santriwati di TPA ini, dan seperti kebanyakan anak kecil lainnya, mereka sangat 'aktif' dan 'kreatif'! Entah berapa kali saya harus sedikit berteriak dan memelototkan mata ketika mereka berlarian dalam Musola, saling berantem satu sama lain, diam2 keluar kelas untuk jajan, menggangu temannya yg lain dan masih banyak 'keaktifan' yg lain. Saya bukan seorang pecinta anak kecil, tapi saya juga bukan tidak suka dengan anak kecil. Kadang mereka sangat lucu dan mengemaskan, tapi dilain waktu mereka sangat menyebalkan dengan 1001 kenakalannya. Saya pernah 'jatuh hati' dengan salah seorang bocah di tempat ini. Namanya Dimas, umurnya sekitar 9 tahun, dia masih duduk di kelas 4 SD. Saat TPA, dia sering berbuat kegaduhan di kelas dan dia pernah sengaja melemparkan bola plastik ke kepala saya. Saya sering menegur dan pernah menjewer telinganya sekali, namun itu saya lakukan bukan karena saya marah. Sejak pertama melihatnya, saya sudah jatuh hati, bahkan dengan kenakalannya.
Suatu sore saat saya masih KKN di sana, dengan beberapa orang teman kami berkeliling untuk pendataan penduduk. Ketika sampai di rumahnya Dimas, kami mengetuk pintu dan tidak ada jawaan dari dalam. Lalu, Dimas sedang bermain bola dengan beberapa sahabatnya dekat depan rumahnya langsung menyuruh kami menunggu, dan dia segera memanggil Ibunya. Ketika ibunya datang, kami dipersilahkan masuk dan langsung mendata keluarganya. Ibunya menyebut dirinya sendiri sebagai kepala keluarga dan nama Dimas serta neneknya sebagai anggota. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya bertanya, " Bapaknya Dimas Bu'? ". Ibu Dimas hanya menjawab dengan gelengan kepala sebentar. Dan entah kenapa saat itu saya lengsung berpamitan kepada Ibunya Dimas dan teman2 saya yg masih di dalam untuk pulang duluan. Lalu tanpa saya sadari saya meneteskan air mata, dalam perjalanan pulang ke rumah tempat tinggal saya di tempat KKN, saya teringat saat saya sering memarahi Dimas dan pernah menjewer telinganya. Ada perasaan bersalah dan sedikit kesedihan saat saya tahu saya pernah melakukan hal itu kepada seorang Dimas.
Ketika teman2 yg lain sampai di rumah, mereka bertanya heran mengapa saya tadi langsung pulang duluan, dan ketika saya menceritakan alasannya, saya kembal menangis. Teman-teman yg lain tersenyum, lalu apa yg mengejutkan saya selanjutnya adalah pernyataan Bapak di tempat yg kami tinggali, beliau mengatakan bahwa ayahnya Dimas belum meninggal, tapi keberadaannya tidak diketahui, dan ibunya menjadi tulang punggung keluarga sekarang ini. Dan mendengar cerita itu, saya kembali meneteskan air mata. Dimas, dibalik kenakalannya saat bersama teman2nya, dia sangat patuh dan takut kepada ibunya. Tak pernah membantah perkataan ibunya, dibuktikan saat dia tidak pernah kelihatan di acara pertandingan bola dalam rangka HUT RI yg diadakan pada malam hari. Saya bertanya kepada temannya di mana si Dimas, dan temannya menjawab," di rumah mbak, nggak dikasih ibunya nonton malem2". Setelah itu saya masih sering menegur dan sedikit memarahi dia ketika berkelakuan nakal, namun semua itu bukan karena benar2 marah, saya sangat menyayanginya, sama seperti menyayangi anak2 kecil lainnya di dusun kecil ini. Saya mendapat banyak pelajaran dari mereka, terima kasih sahabat2 cilikku :-)
Lalu, seperti rindu, kemarin sebenarnya saya ingin berjumpa kembali dengan Dimas. Tapi sayang dia tidak datang ke TPA kemarin, temannya bilang dia sudah pindah tempat TPA. Sedikit kecewa tidak dapat melihatnya kemarin, namun saya tetap masih bisa bahagia bertemu kembali dengan sahabat2 cilik saya yang lain, ada Fandra yg badannya kecil tapi sangat lincah dan sedikit 'garang', namun saya dapat melihat jiwa pemimpin yg baik dalam dirinya, si Nahar yang kecil namun pintar, ia pintar menggambar, pintar mengaji, di saat teman seusianya yg bru 7 tahun masih mengaji Iqro', dia sudah bisa membaca Al Qur'an, Nabila yg paling besar di TPA itu yg memiliki banyak piala di rumahnya, Lia, Okta, Fajar dan Andi, 2 kakak beradik yg sangat 'aktif' dan butuh cara khusus untuk membimbing mereka dalam belajar materi sekolah ataupun mengaji, kakak beradik yg saling mengasihi dengan cara mereka sendiri yg kadang terlihat 'lucu' di mata saya. Ada lgi si Rivan si mata lentik yg tatapan matanya sangat tajam, Wildan si endut, Salwa, gadis kecil yg pandai, pintar menulis, mewarnai dan menggambar.
O iya, berbicara tentang Salwa, kemarin ia menghadiahi saya sebuah gambar. Saat di kelas TPA kemarin, saya duduk menghadap ke arahnya dan dia terlihat sibuk menggambar, 2 kali saya tegur namun ia tidak menghiraukannya. Saat saya lihat dia mulai menggambar wajah seorang wanita berjilbab, dengan motif garis di ciput, lalu ada motif daun di bagian samping bawah bagian kiri, kemudian ia menggambarkan wanita itu berkemeja dengan kancing2, lalu menggambarkan rok bergaris dikenakan wanita itu. Seperti mengenali gambaran wanita itu, saya langsung melihat jilbab, kemeja dan rok yg saat itu saya kenakan. Saya tersenyum dan saat melihat dia menuliskan nama 'Alfa' di pojok kiri atas gambar tersebut, saya langsung melemparkan senyum saya kepadanya. Dan ketika salaman berpamitan pulang, dia memberi kertas gambarnya kepada saya
![]() | |
Salwa menggambarkan mataku besar, apa karena aku sering melotot kepada mereka yah? :-p |
Terima kasih Salwa, terima kasih Dimas, terima kasih untuk semua sahabat2 cilikku di dusun Kejambon Kidul :-)
![]() |
Saat TPA waktu KKN dulu, bocah kecil paling depan yg sdg menoleh itu Fandra, yg pake koko kerah marun itu Dimas, dan gadis kecil berjilbab putih itu si Salwa :) |
Kok namaku nggak dimasukkin....hehehe:d
BalasHapus